HM Ilyas Oleh HM Ilyas

Kepemimpinan adalah kemampuan  untuk menggerakkan orang untuk melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan. Kepemimpinan merupakan keterampilan yang bisa dipelajari dan dilatihkan. Kepemimpinan, baik kepemimpinan yang formal maupun kepemimpinan nonformal memiliki fungsi dan tanggung jawab yang sama dalam menciptakan keharmonisan manusia dan kesejahteraan ummat.

Dalam rangka menciptakan keharmonisan manusia dan kesejahteraan ummat,  seorang pemimpin harus menerapkan dan berpedoman pada prinsip-prinsip yang mampu melahirkan keharmonisan dan kesejahteraan. Prinsip dasar kepemimpinan lahir dari nilai-nilai islam.

Prinsip-Prinsip Kepemimpinan Dalam Islam

a)   Hikmah

Pemimpin yang baik harus bisa mengajak orang lain dengan penuh hikmah.

b)   Diskusi

Jika ada perbedaan, maka diskusikanlah dengan baik.

c)    Pelajaran yang baik

Orang akan ikhlas menerima perintah jika memahami manfaat pekerjaannya dengan baik.

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ

أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (125)

“Serulah (manusia) kepada jalan Alloh SWTmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Alloh SWTmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (An-Nahl : 125)

d)   Qudwah (Memimpin lebih efektif dengan contoh)

) لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (21)

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh SWT dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Alloh SWT. “  (Al-Ahzab : 21)

Qudwah adalah sarana yang paling ampuh dalam memimpin. Bahkan melebihi sarana lain seperti ucapan. Sebuah ungkapan menyatakan, perbuatan satu orang di hadapan sepuluh orang jauh lebih berpengaruh daripada perkataan sepuluh orang di hadapan satu orang. Prinsip inilah yang mesti ditanam pertama kali oleh setiap pemimpin agar mencapai kesuksesan.

e)   Musyawarah

Jika ada perintah  yang akan dikerjakan, maka sebaiknya dilakukan dengan musyawarah. Musyawarah adalah prinsip pertama dalam kepemimpinan Islam. Dalam Al-Qur’an dinyatakan dengan jelas bahwa pemimpin Islam wajib mengadakan musyawarah dengan orang yang mempunyai pengetahuan atau dengan orang yang dapat memberikan pandangan yang baik.

Begitupun dengan Nabi Muhammad. Dalam kepemimpinannya, Rasulullah bermusyawarah dengan kaum muslimin dalam banyak hal dan di berbagai macam situasi. Beliau mengambil pendapat kaum muslimin untuk keluar mengikuti  Perang  Badar memerangi kaum Quraisy. Beliau mengambil pendapat Hubab ibnul – Mundzir yang mengusulkan untuk membuat sumur air minum di belakang tentara kaum muslimin pada Perang Badar.

Beliau juga pernah mengikuti pendapat kaum muslimin  untuk  keluar  dari  Madinah menuju bukit Uhud menyambut pasukan kaum kafir Quraisy, meskipun beliau mengetahui bahwa ini adalah keputusan yang keliru. Beliau pun bermusyawarah dengan Salman Al-Farisi, ketika ia mengusulkan untuk menggali parit disekeliling Madinah.

Selain hal-hal tersebut, masih banyak lagi situasi-situasi di mana Nabi dan para sahabat serta para Khalifah sesudahnya senang bermusyawarah dan berdiskusi bersama kaum muslimin. Hal ini merupakan aktualisasi dari firman Alloh SWT,

وَالَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَمْرُهُمْ شُورَى بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (38)

“Dan orang-orang yang menerima seruan Alloh SWT dan mendirikan shalat, sedangkan urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian rezeki yang kami berikan kepadanya”.(QS.42:38).

f)     Ikatan hati

Pemimpin harus memiliki kelembutan hati dan saling mendo’akan dengan orang yang dipimpinnya. Kelembutan hati merupakan salah satu rahasia sukses kepemimpinan dari Rasulullah yang bergitu abadi hingga kini. Ia mengedepankan sikap lemah-lembutnya kepada umatnya. Beliau bisa marah, tapi sikap pemaafnya begitu luas terasa, bahkan Alloh SWT menggambarkan dalam Al-Qur’an:

مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ

“Muhammad itu adalah utusan Alloh SWT, dan orang-orang yang bersama dengan dia dalah keras terhadp orang-orang kafir, tetapi berkasih-sayang sesama mereka.”(QS al-Fath:29)

g)   Empati dan kelembutan hubungan.

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ (159)

Maka disebabkan rahmat dari Alloh SWT kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri sekelilingmu. Karena itu, maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu (maksudnya : urusan peperangan dan hal-hal duniawiahan lainnya, seperti urusan politik, ekonomi, kemasyarakatan dan lain-lainnya). Kemudian apabila kamu telah membuatkan tekad, maka bertaqwalah kepada Alloh SWT. Sesungguhnya Alloh SWT menyukai orang yang bertaqwa kepada-Nya.”(Ali Imran:159).

Seorang pemimpin yang baik harus bisa berempati kepada orang-orang yang dipimpinnya.

h)   Keadilan

Jadilah pemimpin yang adil dan tidak memihak.Islam mengajarkan agar pemimpin mampu bersikap adil dan tidak memihak kepada yang kuat dan menindas yang lemah. Saking pentingnya keadilan dalam kepemimpinan Islam, Alloh SWT. menjanjikan (dalam sebuah hadits riwayat Abu Hurairah) bahwa pemimpin salah satu di antara 7 (tujuh) golongan yang dinaungi Alloh SWT pada hari yang tiada naungan selain naungan-Nya.

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ  أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا (58)

“Sesungguhnya Alloh SWT menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Alloh SWT memberi pengajaran, yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Alloh SWT adalah Maha Mendengar Lagi Maha Melihat.”(An-Nisaa:58)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ إِنْ يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلَى بِهِمَا فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوَى أَنْ تَعْدِلُوا وَإِنْ تَلْوُوا أَوْ تُعْرِضُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا (135)

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar pegak keadilan, menjadi saksi karena Alloh SWT biarpun terhadap dirimu sendiriatau Ibu-Bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya atau pun miskin, maka Alloh SWT lebih tahu kemaslahatannya. Maka, janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Alloh SWT adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.”(An-Nisa:135).

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلَّا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (8)

“Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi oaring-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Alloh SWT menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk belaku adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Alloh SWT, sesungguhnya Alloh SWT Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(Al-Ma’idah:8).

i)     Kebebasan berpikir, berkreativitas, dan berijtihad.

Rasul menerima pendapat lokasi Perang Badar dan strategi Perang Parit (Khandak) dari Salman al-Farisi. Rasulullah selalu memberikan kebebasan berpikir, berkreativitas, dan berijtihad kepada umatnya. Jadi, alangkah baiknya jika seorang pemimpin melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Rasulullah Muhammad SAW.

Dengan memberikan kebebasan berpikir, bekreativitas, dan berijtihad, orang-orang yang anda pimpim akan berkembang lebih baik dan lebih bermanfaat.

j)     Dapat memanfaatkan potensi orang lain.

Rasul mempercayakan misi ke Habashah, Yaman, dan lain-lain kepada para sahabatnya. Pemimpin yang baik akan menggali semua potensi yang ada pada anak buahnya dan memanfaatkannya untuk mengembangkan organisasi. Dia akan merasa senang ketika dalam masa kepemimpinannya muncul anak buah yang cerdas, suka bekerja keras, dan ikhlas beramal karena Alloh SWT. Dia akan memanfaatkan potensi anak buahnya untuk menunjang kelancaran tugas-tugasnya karena Alloh SWT.

“Pemimpin yang baik akan memberikan kesempatan kepada anak buahnya untuk mengembangkan potensinya.”

Pemimpin berkewajiban membantu anak buahnya untuk mengembangkan potensinya. Sudah seharusnya, seorang pemimpin memberikan kesempatan dan memfasilitasi anak buahnya berkembang.*

—  Drs. H.M. ILYAS, M.Ag. MPS.Sp., Kabid. Pendidikan dan Hukum DPW PUI Jawa Barat

Written by puijabar

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *