djadja djahariOleh H.Djaja Djahari

Bagi umat Islam umumnya dan khususnya bagi jamaah PUI untuk Pemilu Legislatif 2014 ini sebaiknya tidak golput. Karena kalau golput sayang suara kita (umat Islam) akan dipakai oleh orang lain (non muslim). Jadi jika semua atau sebagian besar umat Islam golput maka yang akan terpilih adalah min hum (golongan orang yang tidak kita kehendaki).

Kalaupun mereka yang terpilih tidak sampai pada golongan yang tidak kita kehendaki maka kreterianya pasti jauh dari harapan atau dibawah standar syarat seorang pemimpin sesuai dengan agama kita.

Untuk itu alangkah baiknya jika kita terlibat aktif dalam pemilu legislatif tersebut. Kriterianya yang utama adalah caleg tersebut harus seorang muslim atau Islam. Dalam hal ini tentu bukan sekedar Islam hanya sebatas identitas atau KTP semata.

Namun Islam atau muslim disini tentu saja ditunjukan dengan jati dirinya yang terlihat dari sikap,amaliyah dan komitmen keislamannya yang kokoh dan mempunyai sikap membela agama dan memperjuangkannya dalam  amaliyah keseharian baik secara pribadi maupun dalam berjamaah.

Selain aktif dalam pelaksanaanPemilu Legislatif kader PUI juga harus aktif sebagai pemantau atau pemerhati sekaligus sebagai pengawas pelaksanaan Pemilu tersebut. Sebab hal ini menurut beberapa pengamat serta belajar dari pelaksanaan Pemilu sebelumnya bahwa kecurangan dalam Pemilu masih sangat potensial terjadi. Bukan berarti kita berburuk sangka kepada penyelenggara atau panitia pemilu namun kenyataan di lapangan sulit untuk dipungkiri.

Kecurangan tersebut bisa terjadi karena praktek politik uang (money politic),mempengaruhi calon pemilih atau menggiring pada caleg tertentu baik dilakukan oleh oknum parpol atau simapatisan caleg atau timsesnya atau  oleh oknum panitia itu sendiri. Hal ini harus kita antisapasti sejak dini,segala bentuk kecurangan akan mencederai dari proses Pemilu itu sendiri yang mengusung prinsip langsung,umum,bebas,rahasia ,jujur dan adil (luber jurdil).

Jamaah PUI boleh dikata dan bisa disebut sebagai pemilih yang dewasa dalam hal ini sudah cerdas dan teruji.Tanpa harus diarahkan kader PUI sudah tahu dan paham siapa saja yang masuk kategori caleg yang sesuai dengan arah perjuangan PUI. Baik  caleg dari internal PUI,calon DPD maupun dari luar PUI yang tentu saja mereka ini harus dekat dan sejalan dengan perjuangan PUI.

Untuk itu sebelum memilih nantinya ada baiknya melakukan istiqarah atau meminta pentunjuk dari Allah SWT,menimbang-nimbang terlebih dahulu,jangan sampai salah pilih nantinya. Sebab mereka yang mewakili suara kita diparlemen,memperjuangkan kepentingan umat minimal untuk lima tahun  ke depan.

Secara pribadi saya mendukung pernyataan salah satu cendekiawan muslim yang juga Mantan Presiden Indonesia yakni Prof.BJ.Habiebie  dalam sebuah talkshow di sebuah televise yang menyatakan bahwa kepemimpinan nasional itu sebaiknya dari segi usia antara 40 tahun hingga 60 tahun.

Alasannya  salah satunya adalah mereka ini dalam masa transisi yakni jika terlalu muda maka pengalaman dan kematangan emosionalnya belum teruji. Sementara jika terlalu tua meskipun ia sendiri mempunyai pengalaman dan prestasi namun secara fisik sudah tidak memungkinkan untuk diajak “berlari”. Sehingga dalam rentang usia tersebut seorang pemimpin diharapkan mempunyai prestasi,pengalaman yang memadai namun juga masih mempunyai semangat dan tenaga yang prima untuk menjalankan roda kepemimpinannya.

Secara pribadi saya juga setuju jika caleg itu dibatasi masa keanggotaannya maksudnya maksimal dua kali seperti presiden. Sehingga untuk menghindari anggota legislative yang sudah beberapa kali periode dan terkesan menghabiskan umurnya di parlemen. Alangkah baiknya jika parlemen kita di isi oleh wakil rakyat yang masih muda,berdedikasi,punya integritas,semangat maju,berakhlakul karimah dan prestasi yang bukan hanya tingkat nasional namun level regional bahkan internasional.

Namun yang tidak kalah pentingnya adalah dia harus mempunyai rekam jejak sebagai pejuang umat Islam dalam tingkatan tertentu. Jangan malah sebaliknya justru memilih caleg yang menyakiti atau mungkin mencederai perjuangan umat Islam,itu harus dihindari.

Saya rasa ada,kaum muda jangan ragu untuk terjun dalam kancah politik jika dirasa mempunyai syarat untuk itu.Banyak pemimpinan dunia saat ini dalam usia yang relativ masih muda atau  kemimpinan Rasulullah Muhammad SAW harusnya menjadi inspirasi generasi muda Islam,dimana pada usia 40 tahunan beliau diangkat dan usia 63 tahunan beliau wafat.

Untuk Pemilu 2014 memang koalisi Partai-partai Islam atau partai berbasis massa Islam memang masih sebuh mimpin. Karena yang jelas barat (Amerika) tidak menghendaki umat Islam bersatu termasuk dalam hal ini masalah pemilu atau kepemimpinan nasional.

Disatu sisi umat Islam sendiri nampaknya masih menikmati dalam perpecahan tersebut,hal ini tentu saja dapat kita lihat dan rasakan sendiri. Tentu saja sejatinya ini bukanlah hal yang menggembirakan,karena bagaimanapun akan lebih indah dan berarti jika umat Islam dapat bersatu baik langkah maupun gerak perjuangan.

Namun demikian kita tentunya tidak boleh berputus asa atau menyerah pada keadaan demikian,bagaimanapun juga persatuan umat Islam harus kita usahakan. Warna boleh beda,partai juga mungkin berbeda namun persatuan Umat Islam harus terwujud dan kita harus menjadi bagian dari upaya tersebut,jangan hanya menjadi penonton namun jadilah pelaku. Semoga keinginan tersebut bukan hanya mimpi. Wallahu’alam.

—  Drs.H.Djaja Djahari,M.Pd, Ketua Majelis Pertimbangan PUI Jabar

Written by puijabar

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *