Oleh Ahmadie Thaha

Seiring perkembangan dakwah pasca reformasi, dengan peluang-peluang
dakwah yang semakin luas dan terbuka sehingga maka misi dakwah
memiliki prospek yang baik di masa depan. Pada sisi lain PUI sebagai
ormas Islam dengan segala keterbatasannya, perlu mensikapi dan
menangkap peluang dakwah tersebut sebagai lahan amaliah yang potensial
untuk berfastabiqul khairat. Era globalisasi dan informasi tentu akan
berefek luas bagi tantangan dakwah kedepan. PUI sebagai ormas dakwah
perlu mengantisipasi efek perkembangan tersebut dengan meningkatkan
kualitas SDM dan organisasinya, tanpa itu semua, pada saatnya nanti
PUI hanya akan menjadi bagian dari sejarah tentang kejayaan masa
lalunya saja.

Belajar dari perkembangan ormas Islam di Indonesia, terutama pasca
kemerdekaan mengalami pasang surut yang cukup memprihatikan, baik
perkembangan secara dakwah, pendidikan maupun politik. Selain NU dan
Muhammadiyah, kita mengenal SI, PUI, Muhamadiyyah, NU, Persis,
Mathlaul Anwar, Alwasliyyah, Al-Irsyad, Perti, dll. Sayangnya,
ormas-ormas tersebut secara dakwah perannya di masyarakat semakin
surut, bahkan nyaris seruan dakwahnya tidak terdengar. Berbeda dengan
gerakan dakwah Muhamadiyyah dan NU yang memiliki eksistensi cukup
baik. Meski demikian, peran politik yang dilakukan Muhamadiyyah
membidani lahirnya PAN dan NU membidani PKB dalam perkembangannya
belum bisa membantu dalam meredam konflik PAN dan PKB yang terus
berkepanjangan. Alhasil, perlahan-lahan memberikan citra yang kurang
baik terhadap Muhamadiyyah dan NU itu sendiri.

Pengembangan Pemikiran

PUI sebagai bagian dari gerakan Islam, secara doktrin dan kulturnya
memiliki potensi untuk bisa berperan dan berkontribusi lebih besar
terhadap dakwah di Indonesia. Tentu itu semua perlu peningkatan
kualitas SDM PUI yang selalu kreatif melakukan inovasi-ivovasi baru,
untuk mendesain dan mengemas kembali PUI. Doktrin Intisab dan Ishlahus
Tsamaniyyah masih perlu dikembangkan dan dijabarkan kembali oleh
tangan-tangan kreatif kader PUI. Bukan hanya karena persoalan komitmen
Intisab, masalah rutinitas yang tidak berkembang ke arah yang lebih
baik. Begitu juga kultur pemikiran kader PUI yang belum terkembangkan
secara optimal, karena amaliah dakwah di era globalisasi saat ini
menuntut pemikiran dan ijtihad PUI yang lebih kreatif untuk kemajuan
PUI ke depan, tanpa memiliki basis kultur pemikiran yang kokoh, PUI
akan semakin sulit berkembang. Pintu ijtihad tidak akan tertutup
selama idealisme masih kita miliki.

Sejauh ini PUI memiliki forum Mudzakarah Islahus Tsamaniyyah yang
merupakan sarana pencerahan pemikiran dan pengembangan intelektual
kader dan pengurus PUI. Dengan forum ini seluruh potensi pemikiran dan
intelektual kader PUI dapat terkembangkan dan saling memberikan
kontribusi, yang pada akhirnya selain akan bermanfaat bagi kader PUI,
juga dengan sendirinya dapat memberikan kontribusi yang lebih besar
bagi PUI kedepan. Secara kelembagaan, forum pemikiran seperti ini
seakan menegaskan keberadaan PUI dalam dinamika keormasan Indonesia.
Perlahan-lahan, eksistensi PUI kian diperhitungkan sebagai ormas yang
berkontribusi terhadap pengembangan pemikiran keislaman dan
kebangsaan. Pencitraan terhadap PUI yang dianggap ’sebelah mata’ oleh
komponen bangsa yang lain, akan hilang dengan sendirinya jika jamaah
PUI mampu mengakselerasi pemikirannya melalui forum intelektual
seperti ini.

Keberadaan perlunya forum Mudzakarah ini, sebetulnya selalu
diwacanakan dalam Muktamar PUI maupun diskusi-diskusi. Forum ini
digagas bukan sekadar hanya tuntutan saja, tapi juga kebutuhan
”darurat” untuk mengembangkan kultur pemikiran di PUI, sehingga
apabila stok pemikiran kader PUI selalu kreatif mengalir, maka dengan
sendirinya kerja-kerja amaliah PUI akan memberikan kontribusi yang
lebih besar bagi ummat dan bangsa ke depan. Kejayaan peradaban suatu
ummat, selain diawali dengan penanaman ideologi yang kokoh, yang
kemudian dilanjutkan dengan basis pemikiran intelektual yang kokoh dan
solid, yang pada akhirnya akan memberikan kekuatan energi amaliahnya
bagi ummat.

Penguatan Lembaga

Pada pemaparan sebelumnya sudah dijelaskan bahwa keberadaan forum
Mudzakarah Islahus Tsamaniyyah memberikan penguatan secara
kelembagaan, yaitu menegaskan eksistensi PUI sebagai ormas yang harus
diperhitungkan dalam pentas dakwah nasional. Hal lebih strategis juga
adalah forum tersebut mampu meningkatkan kapasitas intelektual bagi
setiap jamaah PUI. Ada ruang artikulasi intelektual yang berkembang di
wadah PUI bagi setiap anggota dan pengurusnya.

Dalam konteks kekinian, jika forum pengembangan pemikiran tersebut
dapat dioptimalkan oleh jamaah PUI, hal itu merupakan sebuah indikator
bahwa PUI memiliki modal sosial berupa modal intelektual. Modal
intelektual merupakan asset sekaligus kekayaan berharga bagi sebuah
komunitas yang tak terlihat (a tangible asset). Modal intelektual
berbeda dengan berbagai jenis modal yang berbentuk fisik seperti
bangunan, pabrik, mesin maupun tanah. Adanya akselerasi pengembangan
pemikiran di PUI dapat membuktikan bahwa PUI merupakan sebuah ormas
yang dinamis karena memiliki modal intelektual yang tinggi.*

Written by puijabar

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *