Dr.  Egi Sopian

Oleh: Egi Sopian. (Ketua Biro Dakwah DPW PUI Jawa Barat)

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi salah satu sebab kehidupan manusia semakin dinamis dan komplek. Sebagai contoh, begitu mudah dan cepatnya bila seseorang di ufuk dunia dengan ufuk dunia yang berbeda dapat berkomunikasi, adat suatu negeri mampu merasuk kehidupan masyarakat negeri lain, bahkan diadopsi begitu saja tanpa filter oleh umat Islam sehingga terjatuh pada split personality/ pribadi yang pecah, menjauhi nilai-nilai Islam bahkan memusuhinya. 
Al-Qur’an adalah bukti otentik yang dapat diterima oleh akal sehat, tidak ada kebatilan di dalamnya dan akan selalu berbicara dalam percaturan kehidupan dunia berdasarkan kebenaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW dari Tuhannya. Bukan hanya jadi penghias lemari buku, mode untuk mahar calon mempelai dan pelengkap asesoris pernikahan. 
Meskipun demikian, ternyata tidak semua manusia beriman dengan apa yang ada di dalam Al-Qur’an, sebagaimana Allah SWT jelaskan, 
وإذا ما أنزلت سورة فمنهم من يقول أيكم زادته هذه إيمانا فأما الذين ءامنوا فزادتهم إيمانا وهم يستبشرون. وأما الذين في قلوبهم مرض فزادتهم رجسا إلى رجسهم وماتوا وهم كافرون. 
Artinya: Dan apabila diturunkan suatu surat, maka diantara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, “Siapakah diantara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?”. Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya sedang mereka merasa gembira. Adapun orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya, maka dengan surat ini bertambah kekafirannya, dan mereka mati dalam keadaan kafir (QS. At-Taubah [9]: 124-125).
Mukmin dan munafik sama-sama mendengar ketika ayat atau surat Al-Qur’an diturunkan. Tetapi kesan bagi orang beriman adalah bertambah keimanan mereka dan menjadikannya sebagai pedoman hidup, pembeda antara yang haq dan batil, sedangkan kesan bagi orang munafik adalah suatu kegelapan, tidak menerimanya dan mengajak orang lain supaya ragu terhadapnya serta menjadi sebab bagi kesesatan dan kehancuran dirinya sendiri. 
Sesungguhnya, orang-orang yang senantiasa merenungkan isi kandungan Al-Qur’an, maka mereka akan menemukan bukti bahwa Al-Qur’an benar-benar kalaamullaahi/ firman Allah, di antaranya:
1. Al-Qur’an berasal dari Allah swt bukan lain-Nya.
        Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar diturunkan Tuhan semesta alam (QS. Asy-Syu’ara [26]: 192).
2.  Allah SWT menjelaskan fungsi Al-Qur’an, pahala dan siksaan-Nya.
     Sesungguhnya Al-Qur’an memberi petunjuk ke jalan yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan kebajikan bahwa mereka akan mendapatkan pahala yang besar. Kami sediakan azab yang pedih bagi orang yang tidak beriman pada kehidupan akhirat (QS. Al-Isra [17]: 9-10). 
3. Nabi Muhammad SAW tidak mempunyai kekuatan dan kekuasaan merubah Al-Qur’an.
      Dan apabila dibacakan ayat-ayat Kami kepada mereka dengan jelas, orang-orang yang tidak percaya pada pertemuan dengan Kami berkata, “Datangkanlah kitab selain Al-Qur’an ini atau gantilah”. Katakanlah (Muhammad), “Tidaklah pantas bagiku menggantinya atas kemauanku sendiri. Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku, aku benar-benar takut akan azab akhirat jika durhaka kepada Tuhanku” (QS. Yunus [10]: 15).
4. Allah SWT menantang siapa saja untuk mendatangkan Al-Qur’an, tetapi mereka tidak sanggup.
Pertama,
Mendatangkan semisal Al-Qur’an.
Maka, cobalah mereka membuat yang semisal dengan Al-Qur’an jika mereka orang-orang yang benar (QS. Ath-Thur [52]: 34).
Kedua,
Mendatangkan sepuluh surat.
Bahkan, mereka mengatakan, “Muhammad telah merekayasa Al-Qur’an”. Katakanlah, “Kalau demikian, datangkanlah sepuluh surat yang sama seperti Al-Qur’an yang direkayasa dan ajaklah siapa saja di antaramu yang sanggup selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar” (QS. Hud [11]: 13).
Ketiga,
Mendatangkan satu surat.
Apakah pantas mereka mengatakan bahwa Muhammad yang membuatnya?, Katakanlah, “Buatlah sebuah surat yang sama seperti dalam Al-Qur’an dan ajaklah siapa saja diantara kamu yang bisa membuatnya selain Allah, jika kamu orang-orang benar” (QS. Yunus [10]: 38). 
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami pada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu. Sesungguhnya, Engkau Maha Pemberi (karunia)” aamiina. (Zoom)

Written by puijabar

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *