Oleh: Dr. Wido Supraha (Departemen Dakwah PUI Pusat)
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اللهُ أَكْبَر/ اللهُ أَكْبَر/ اللهُ أَكْبَر/ اللهُ أَكْبَر/ اللهُ أَكْبَر/ اللهُ أَكْبَر/ اللهُ أَكْبَر/ اللهُ أَكْبَر/ اللهُ أَكْبَر
اللهُ أَكْبَر خَلَقَ الْخَلْقَ وَأَحْصَاهُمْ عَدَداً، وَكُلُّهُمْ آتِيْهِ يَوْمَ القِيَامَةِ فَرْداً، اللهُ أَكْبَر عَزَّ رَبُّنَا سُلْطَاناً وَمَجْداً، وَتَعَالى عَظَمَةً وَحُلْماً، عَنَتْ الوُجُوْهُ لِعَظَمَتِهِ وَخَضَعَتْ الخَلَائِقِ لِقُدْرَتِهِ، اللهُ أَكْبَر مَا ذَكَرَهُ الذَّاكِرُوْنَ، اللهُ أَكْبَر مَا هَلَّلَ الْمُهَلِّلُوْنَ، اللهٌ أَكْبَر كَبِيْراً وَالْحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْراً وَسُبْحَانَ اللهُ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً.
الْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ سَهَّلَ لِعِبَادِهِ طُرُقَ الْعِبَادَةِ، وَتَابَعَ لَهُمْ مَوَاسِمَ الْخَيْرَاتِ لِتَزْدَانِ أَوْقَاتِهِمْ بِالطَّاعَاتِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبَ الْوَجْهِ الأَنْوَرِ وَالْجَبِيْنِ الْأَزْهَرِ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلى آلِهٍ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْراً. أَمَّا بَعْدُ:
فَيَاعِبَادَ اللهِ، أُوْصِي نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَظِيْمِ، وَأَحُثُّكُمْ عَلَى طَاعَةِ اللهِ الْكَرِيْمِ.
Ma’asyir al-muslimīn rahīmanī wa rahīmakumullāh,
Pagi ini, kenangan kisah Ibrahim a.s. kembali mendobrak alam bawah sadar kita, sudahkah kita menggantungkan diri hanya kepada Allah SWT.
Pagi ini, kenangan akan Ibrahim a.s., pemimpin di masa ribuan tahun lalu itu kembali mengingatkan kita untuk menjadi manusia yang siap berkorban untuk Dzat Tercinta, Allah SWT.
Pagi ini, kenangan pelayanan kepada umat dari moyang Rasulullah SAW itu menggerakkan seluruh sendi jasad kita untuk bisa meneladani Sang Kekasih Allah, Khalīlullāh, Ibrahim a.s.
Pagi inilah puncak tahunan dari kumandang Shalawat Ibrahimiyah yang sentiasa kita lantunkan dalam shalat-shalat kita untuk meraih fadhilahnya:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كما صَلَّيْتَ عَلَى إبْرَاهِيمَ وعلى آلِ إبْراهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كما بَاركْتَ عَلَى إبْرَاهِيمَ وَعَلَى آل إبراهيم في العالَمِينَ إنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
ALLAHU AKBAR 3X
Ma’āsyir al-muslimīn rahīmanī wa rahīmakumullāh,
Renungkanlah Saudaraku, tidak lahir kepemimpinan sejati kecuali setelah melewati ujian demi ujian dalam kehidupannya, dengan penuh kesabaran, ketaatan, dan kebersegeraan. Ujian adalah cara Allah untuk meningkatkan kapasitas hamba-Nya.
Bukankah 3 (tiga) model kepemimpinan dalam Juz 1, ditutup dengan kisah kepemimpinan yang ideal di Rubu’ ke-8 (ayat 124-141), yakni kepemimpinan Ibrahim a.s., baik kepemimpinan pada dirinya sendiri, keluarganya, dan juga pada umatnya. Allah SWT menetapkan beliau sebagai pemimpin manusia setelah beliau membuktikan penghambaan kepada-Nya melalui ragam ujian kehidupan, sebagaimana potongan Surat Al-Baqarah [2] ayat 124:

۞وَإِذِ ٱبۡتَلَىٰٓ إِبۡرَٰهِيمَ رَبُّهُۥ بِكَلِمَٰتٖ فَأَتَمَّهُنَّۖ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامٗاۖ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”.
Renungkanlah Saudaraku, bagaimana ujian itu telah dialami Ibrahim a.s. sejak dilahirkan seorang diri dalam ketauhidan di tengah ekosistem masyarakat kemusyrikan. Benar, bahwa buah tidak jatuh jauh dari pohonnya, namun begitu, bukankah kebanyakan belum tentu menjadi standar kebenaran. Akal Ibrahim a.s. di masa muda membawanya pada pengembaraan pencaharian tuhan, sebuah proses Ishlahul ‘Aqidah. Bintang-bintang, bulan, hingga matahari tak mampu memuaskan intelektualnya, sehingga sampailah ia pada kesimpulan paripurna yang sulit dicapai oleh generasi agnostik, bahwa sesuatu yang tidak empirik belum tentu tidak ada. Ia menyadari bahwa matanya, terlalu kecil dibandingkan Bumi tempat tinggalnya, padahal Bumi sendiri terlalu kecil dibandingkan galaksi tempatnya berada. Sementara Allah Maha Menciptakan seluruh galaksi di alam semesta ini. Ibrahim a.s. pun dengan mantap menghadapkan wajahnya kepada Allah, sebagaimana Surat Al-An’am [6] ayat 79:

إِنِّي وَجَّهۡتُ وَجۡهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضَ حَنِيفٗاۖ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ

Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
Masa muda Ibrahim a.s. mengajarkan kepada para pemuda akhir zaman bahwa tidak boleh ada umur yang diisi penuh dengan kesia-siaan. Pemuda yang tidak menggunakan titipan akal dalam dirinya, tidak akan mampu meraih ilmu. Pemuda yang tidak mencintai ilmu, sejatinya laksana orang yang telah mati, sebagaimana sya’ir Asy-Syafi’i dalam Ad-Diwān:
“Bersabarlah atas pahitnya sikap kurang mengenakkan dari guru, Karena sesungguhnya endapan ilmu adalah dengan menyertainya. Barangsiapa yang belum merasakan pahitnya belajar meski sesaat, maka akan menahan hinanya kebodohan sepanjang hidupnya. Barangsiapa yang tidak belajar di waktu mudanya, bertakbirlah 4 kali atas kematiannya. Eksistensi seorang pemuda – Demi Allah – adalah dengan ilmu dan ketakwaan. Jika keduanya tidak ada padanya, maka tidak ada jati diri padanya.”
Pemuda yang telah menemukan kebenaran akan selalu siap membela kebenaran, dan melakukan perubahan di tengah umat dari kebiasaan buruk menuju kebiasaan yang diridhai Allah, Ishlahul ‘Adah wal Mujtama’.
Demikian pula dengan pemuda Ibrahim a.s. yang berhasil membuat rekayasa sosial (social engineering) dengan menghancurkan berhala-berhal kecil, meninggalkan berhala besar dan mengajak masyarakatnya berpikir ulang atas tradisi yang keliru, sebagaimana Surat Al-Anbiya [21] ayat 66:

قَالَ أَفَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكُمْ شَيْئًا وَلا يَضُرُّكُمْ

Ibrahim berkata: Maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikitpun dan tidak (pula) memberi mudharat kepada kamu?”
ALLAHU AKBAR 3X
Ma’āsyir al-muslimīn rahīmanī wa rahīmakumullāh,
Renungkanlah Saudaraku, bagaimana Ibrahim a.s. tetap mengangkat kedua tangannya berdo’a hingga terkabulnya di umur beliau 86 tahun, memohon dikaruniai seorang anak dari istrinya Sarah: “Ya Rabb, anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang shalih,” sebagaimana Surat Ash-Shaffat [37] ayat 99:
رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

Hal ini karena tugas manusia hanya berdo’a, untuk menegaskan bahwa ia adalah Makhluk Allah yang membutuhkan Allah, hingga gugurlah sifat kesombongan dalam dirinya, karena selendang kesombongan hanya milik Allah SWT. Hanya Allah yang Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya yang bertakwa. Do’a adalah ibadah. Mencintai do’a bagian dari Ishlahul ‘Ibadah.
Renungkanlah Saudaraku, ujian terbesar Ibrahim a.s. sejatinya di saat perintah untuk menyembelih Isma’il a.s. turun saat Isma’il a.s. beranjak besar. Mimpinya para Nabi adalah wahyu.

رؤيا الأنبياء وحي

Di kala wahyu untuk penyembelihan Isma’il a.s. itu hadir, Ibrahim a.s. menemui anaknya dan meminta pendapatnya dengan mengatakan: “Wahai Anakku, Aku bermimpi menyembelihmu, bagaimana menurut pandanganmu?”, Q.S. Ash-Shaffat [37] ayat 102:

يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَ
Ibrahim memberikan teladan kepada para Ayah agar senang bermusyawarah dan berdialog dengan anak-anaknya, tidak menjadi Ayah yang bisu. Al-Qur’an telah mengangkat dialog Ayah dengan anak dalam 14 tempat, sementara dialog Ibu dengan anak hanya dalam 2 tempat, dan 1 tempat mengangkat dialog Ayah Ibu dengan anaknya.
Ma’āsyir al-muslimīn rahīmanī wa rahīmakumullāh,
Renungkanlah Saudaraku, bagaimana jawaban seorang anak yang shalih, Isma’il a.s., di saat diperintahkan Ayah-nya dalam ketaatan: “Wahai Ayah, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Engkau akan mendapatiku, insya Allah, termasuk hamba Allah yang bersabar.”, sebagaimana Surat Ash-Shaffat [37] ayat 102:

يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِين
Tidaklah terlahir anak shalih kecuali dengan proses yang penuh perencanaan, dan kerjasama di dalam ‘Ailah, keluarga, dalam berkontribusi menanamkan iman ke dalam jiwa anak. Ibrahim a.s. sentiasa menasihati anaknya: “Wahai Anakku, sesungguhnya Allah telah memilihkan untukmu agama ini, dan janganlah engkau mati kecuali dalam kondisi Muslim!”, sebagaimana Surat Al-Baqarah [2]: 127

يَٰبَنِيَّ إِنَّ ٱللَّهَ ٱصۡطَفَىٰ لَكُمُ ٱلدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ

Renungkanlah Saudaraku, bagaimana semangat ta’awun, tolong-menolong antara Ayah dan anak yang shalih dalam ketaatan kepada Allah  SWT, dilanjutkan di saat mereka membangun kembali Ka’bah, Masjid Pertama di Dunia, dan memohon agar seluruh kelelahan mereka diterima Allah SWT, sebagaimana Surat Al-Baqarah [2] ayat 127:

رَبَّنَا تَقَبَّلۡ مِنَّآۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡعَلِيمُ

“Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Sungguh musibah besar bagi setiap Muslim, di saat seluruh kelelahannya dalam beramal tidak diterima Allah SWT. Kepada-Nya saja kita menyembah, kepada-Nya saja kita memohon pertolongan.
ALLAHU AKBAR 3X
Ma’āsyir al-muslimīn rahīmanī wa rahīmakumullāh,
Beramal dengan penuh pengorbanan adalah syarat utama umat ini untuk bangkit kembali mempimpin dunia.
Tidak akan tumbuh sebuah pohon tanpa kita rawat dengan menyiramnya, sebagaimana tidak akan sempurna sebuah amal jika tidak dilakukan dengan jiwa penuh pengorbanan.
Kita mengulang kaji Kisah Ibrahim a.s. karena seluruh hidupnya dicurahkan untuk melahirkan peradaban Islam di muka bumi. Dia tetapkan dirinya sebagai pelayan umat, bukan manusia yang minta dilayani, sebagaimana kerjanya bersama Isma’il a.s. dengan sepenuh hati membersihkan Ka’bah agar gelombang manusia  dapat melakukan thawaf, I’tikaf, ruku’ dan sujud sebagaimana Surat Al-Baqarah [2] ayat 125:

وَعَهِدۡنَآ إِلَىٰٓ إِبۡرَٰهِۧمَ وَإِسۡمَٰعِيلَ أَن طَهِّرَا بَيۡتِيَ لِلطَّآئِفِينَ وَٱلۡعَٰكِفِينَ وَٱلرُّكَّعِ ٱلسُّجُودِ

Ma’āsyir al-muslimīn rahīmanī wa rahīmakumullāh,
Beramal menegaskan bahwa Umat punya kekuatan, dan pengorbanan tanpa batas, bukti nyata bahwa Umat punya energi besar untuk memenangkan Islam di dunia ini agar lahir rahmatan lil ‘alamin.
Tidak akan bangkit sebuah bangsa tanpa adanya semangat beramal dengan penuh pengorbanan. Tidak disebut pengorbanan jika terlalu mudah bagi kita untuk melakukannya. Semakin berat hati melakukannya, disanalah pengorbanan itu diuji.
Islam telah berhasil memimpin peradaban sains dunia dalam rentang abad 8 hingga 15 M. Islam ini sempurna berkat do’a Ibrahim a.s. agar diutus di tengah masyarakat di sekitar Ka’bah kelak seorang Rasul yang akan membacakan ayat-ayat Allah, mensucikan jiwa manusia dan mengajarkan mereka ilmu, sebagaimana Surat Al-Baqarah [2] ayat 129:

رَبَّنَا وَٱبۡعَثۡ فِيهِمۡ رَسُولٗا مِّنۡهُمۡ يَتۡلُواْ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحِكۡمَةَ وَيُزَكِّيهِمۡۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ

ALLAHU AKBAR 3X
Jamaah Sholat Id yang insya Alah dibanggakan Allah Swt.
Marilah kita tutup khutbah ini seraya berdo’a kepada Allah , memohon ampunan, keberkahan dan keselamatan di dunia maupun di akhirat kelak. Semoga kita dan keluarga, serta seluruh bangsa Indonesia, dan umat Islam di seluruh dunia, sentiasa merasakan Rahmat atau Kasih Sayang-Nya, dijaga dari ujian yang kita tidak sanggup melaluinya, diberikan istiqamah untuk sentiasa berkorban untuk kemuliaan Islam, Izzul Islam wal Muslimin.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، فَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ.

Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin laki-laki dan perempuan, mu’min laki-laki dan perempuan, baik yg masih hidup maupun yg sudah wafat. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, dekat dan mengabulkan doa-doa, wahai Dzat yg memenuhi segala kebutuhan”.


رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِيْنَا أَوْ أَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا، أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.


“Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami karena kelupaan dan kesalahan kami. Rabb kami, Rabb kami janganlah Engkau beri kami beban sebagaimana beban yg Engkau beri kepada para pendahulu kami. Rabb kami, janganlah engkau pikulkan kepada kami apa-apa yg tidak kami sanggupi. Maafkanlah kami, ampunilah kami, sayangilah kami. Engkaulah penolong kami, maka tolonglah kami terhadap orang-orang kafir”.

اَللَّهُمَّ أَنْجِ إِخْوَانَنَا الْمُسْلِمِيْنَ الْمُسْتَضْعَفِيْنَ فِيْ سُوْرِيَا، اَللَّهُمَّ الْطُفْ بِهِمْ وَارْحَمْهُمْ وَأَخْرِجْهُمْ مِنَ الضِّيْقِ وَالْحِصَارِ.

“Ya Allah selamatkanlah saudara-saudara kami kaum muslimin yang lemah dimanapun mereka berada. Ya Allah sayangi dan kasihilah mereka dan keluarkanlah mereka dari pengepungan dan keadaan sempit yg mereka alami saat ini.”

اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْهُمُ الشُّهَدَاءَ وَاشْفِ مِنْهُمُ الْمَرْضَى وَالْجَرْحَى، اللَّهُمَّ كُنْ لَهُمْ وَلاَ تَكُنْ عَلَيْهِمْ، فَإِنَّهُ لاَ حَوْلَ لَهُمْ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِكَ


“Ya Allah terimalah syuhada mereka dan sembuhkanlah yg sakit dan terluka dari kalangan mereka. Ya Allah karuniakanlah kebaikan pada mereka dan janganlah Engkau timpakan keburukan pada mereka karena tiada daya dan kekuatan bagi mereka kecuali dg pertolongan-Mu.”

اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ سُوْرِيَا، اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ فِلِسْطِيْنَ، اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ الْيَمَنِ، اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِيْ كُلِّ بِقَاعِ الأَرْضِ.

“Ya Allah turunkanlah pertolongan-Mu pada mujahidin di Suriah”.
“Ya Allah turunkanlah pertolongan-Mu pada mujahidin di Palestina”.
“Ya Allah turunkanlah pertolongan-Mu pada mujahidin di Yaman”.
“Ya Allah turunkanlah pertolongan-Mu pada mujahidin di seluruh permukaan bumi ini….aamiin”.
رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوبَنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَيۡتَنَا وَهَبۡ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةًۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡوَهَّابُ ٨

3:8. (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)”

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ

“Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.”

رَبَّنَآ أَفۡرِغۡ عَلَيۡنَا صَبۡرٗا وَتَوَفَّنَا مُسۡلِمِينَ ١٢٦

 (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri (kepada-Mu)”

رَبِّ ٱجۡعَلۡنِي مُقِيمَ ٱلصَّلَوٰةِ وَمِن ذُرِّيَّتِيۚ رَبَّنَا وَتَقَبَّلۡ دُعَآءِ
Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku. (14:40)

۞رَبِّ  …. فَاطِرَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ أَنتَ وَلِيِّۦ فِي ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةِۖ تَوَفَّنِي مُسۡلِمٗا وَأَلۡحِقۡنِي بِٱلصَّٰلِحِينَ ١٠١

101. Ya Tuhanku, (Ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh

اللَّهُمَّ زَيِّنَّا بِزِينَةِ الْإِيمَانِ وَاجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِينَ

 Ya Allah, hiasilah kami dengan hiasan iman dan jadikanlah kami teladan yang membimbing dan mendapatkan bimbingan.

رَبَّنَا ٱغۡفِرۡ لِي وَلِوَٰلِدَيَّ وَلِلۡمُؤۡمِنِينَ يَوۡمَ يَقُومُ ٱلۡحِسَابُ

Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”. (14:41)

رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٗ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ حَسَنَةٗ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ

Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka. (2:201)
Amin Ya Rabbal ‘Alamin!

(Zoom)

Written by puijabar

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *