H. Eka Hardiana
Oleh: H. Eka Hardiana
TIDAK MERASA DIHUKUM ALLAH
Yang lebih berbahaya dari sikap akrab dengan kemungkaran ialah sikap tidak peduli dengan hukuman, hingga sampai taraf tidak merasa apa yang dialami sekarang sejatinya hukuman atas dosa yang telah dikerjakan. 
Mari kita dengar penuturan Ibnu Al-Jauzi rahimahullah tentang orang yang sampai pada tahap ini, “Ketahuilah ujian yang paling besar ialah merasa aman tidak akan mendapatkan siksa setelah mengerjakan dosa. Bisa jadi, hukuman datang belakangan. Hukuman paling berat ialah seorang tidak merasakan hukuman itu, lalu hukuman merenggut agama, memberangus hati dan jiwa tidak punya kemampuan memilih dengan baik. 
Di antara efek hukuman ini ialah tubuh segar bugar dan seluruh keinginan tercapai.”
[Shaidu Al-Khathir, hal 169.]
Contoh lain ialah seseorang sudah sekian lama tidak mengerjakan shalat berjamaah dan ia menganggap biasa dosa ini (shalat Subuh berjamaah).
Ia merasa hatinya tidak sakit dan tahan bantingan menghadapi derita dosa ini.
Padahal generasi pertama Islam mengunjungi sebagian dari mereka yang tidak shalat Subuh berjamaah. 
Barangsiapa sampai pada taraf tidak merasa mendapatkan hukuman dosa, maka kondisinya mengkhawatirkan. 
Sebab, bisa jadi, itu menjadi cikal bakal “kejatuhan” dirinya dan bukan mustahil ia kembali ke jalan kesesatan.
Menurut Ibnu Al-Qayyim berkata, itulah “pembunuhan”. Lebih lengkapnya, Ibnu Al-Qayyim berkata, “Dosa itu luka dan bisa jadi menyebabkan kematian.”
[Al-Fawaid, hal 54]
(Bersambung)
[Dinukil dari Kitab Waahatu Al-Iman, syekh Abdul Hamid Al-Bilali, edisi Indonesia: Buku Taujih Ruhiyah Pesan-Pesan Spiritual Penjernih Hati, jilid 1]
Pamoyanan, 29 Rajab  1441 H/24 Maret 2020 M (Zoom)

Written by puijabar

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *