H. Eka Hardiana

EMBUN PAGI
Oleh: H. Eka Hardiana

Apabila Engkau Melihat Diakhirkannya Hukuman Akibat Kemaksiatan Maka Waspadalah!
Oleh karena itu, apabila engkau melihat kewibawaan telah sirna maka ketahuilah bahwa penyebabnya adalah dosa.
“Terkadang, seseorang menjadi sangat lemah pada masa tuanya sehingga hati merasa kasihan kepadanya, sedang dia tidak tahu bahwa itu disebabkan karena kelalaiannya terhadap hak Allah di masa mudanya. Maka, apabila engkau melihat seseorang terkena hukuman maka ketahuilah bahwa itu disebabkan karena dosa.”
[Shaidul Khathir. Hal. 16] 
Apabila engkau melihat seseorang tidak merasa tinggi dengan ketaatan atau melihat seseorang yang tidak bersedih dengan kerendahan yang disebabkan kemaksiatan yang telah diperbuat maka ketahuilah bahwa telah tiba saat kematian hatinya. Maka, berta’ziyahlah (mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un) kepadanya.
Dikatakan kepada Said bin Al-Musayyib, “Abdul Malik bin Marwan berkata, ‘Aku sekarang tidak bergembira dengan kebaikan yang aku kerjakan dan tidak bersedih  dengan kejelekan yang aku langgar,” Beliau pun berkata, “Sekarang tibalah kematian hatinya.”
Apabila engkau melihat diakhirkannya hukuman akibat kemaksiatan maka waspadalah!
Karena, terkadang, hukumannya tidak nampak olehmu. Seorang alim dari Bani Israil berkata, “Wahai Rabb-ku, berapa kali aku bermaksiat kepada-Mu namun Engkau tidak menghukumku?” Maka dikatakan kepadanya, “Berapa kali Aku menghukummu tetapi kamu tidak menyadarinya. Bukankah Aku telah menghalangimu dari merasakan nikmatnya bermunajat kepada-Ku?”
[Shaidul Khathir. Hal. 55]
Dari uraian di atas, tampaklah bahaya dan akibat dosa.
“Dosa bagaikan luka. Betapa banyak luka yang menyebabkan kematian.”
[Al-Fawa’id. Ibnu Qayim, hal 41].
“Hai, orang yang penuh luka  dosa! Kalian telah mengetahui dari luka tersebut maka obatillah luka-luka dosamu. Orang yang mempunyai tekad bulat, pantang ragu dalam melangkah  Kapankah tekad menjadi bulat?” Menangislah karena gelapnya hatimu, semoga menjadi terang.”
[Al-Mawa’idh wa Al-Majalis. Ibnul Jauzi, hal 98]
“Tidak ada air yang mampu membersihkan bekas-bekas dosa dari pakaian hati kecuali air mata. Apabila percikan air tidak mampu menghilangkan bekas tersebut maka harus menimba air dari lautan pengakuan. Datangilah majelis para mujtahid dan serulah mereka: berbahagialah atas air yang kalian peroleh untuk menyirami hati kalian dan kasihanilah orang yang belum mendapatkannya.”
[Al-Mawa’idh wa Al-Majalis. Ibnul Jauzi, hal 26]
Bersegeralah dan bergegaslah, waspada dan cepatlah karena, “Jatuhnya dosa pada hati adalah bagaikan jatuhnya minyak pada pakaian. Apabila engkau tidak segera mencucinya maka dia akan menyebar.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَاِنَّ مِنْكُمْ لَمَنْ لَّيُبَطِّئَنَّ …
“Dan sesungguhnya di antara kamu pasti ada orang yang sangat enggan (ber-lambat-lambat).”
(QS. An-Nisa’ [4]: Ayat 72)
(Bersambung)
Sumber:
Kitab Lamhah Tarbawiyah min Hayah At-Tabi’in, Asyraf Hasan Thabal (Edisi Indonesia, Tarbiyah Ruhiyah Ala Tabi’in)
Pamoyanan, 8 Sya’ban 1441 H/2 April 2020 M (Zoom)

Written by puijabar

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *