|
H. Eka Hardiana |
Oleh: H. Eka Hardiana
Pada dasarnya, asal usul dosa itu terbagi dua macam:
1. Meninggalkan yang diperintahkan
2. Melakukan yang dilarang
Keduanya merupakan dosa yang mula-mula diujikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada jin dan setan. Bertolak dari sini, dosa-dosa terbagi menurut penafsiran tempatnya.
Secara lahiriah dosa tercermin pada anggota badan dan secara batiniyah terjadi di dalam hati.
Dosa-dosa yang terjadi tersebut diperhitungkan, apakah melanggar hak Allah atau melanggar hak orang lain.
Setiap hak yang diberikan kepada manusia sesungguhnya juga mengandung hak Allah. Akan tetapi, hal itu disebut dengan hak manusia karena manusia satu sama lain wajib membalasnya. Dosa semacam ini bisa gugur apabila digugurkan.
Ada empat macam dosa, yakni:
1. Bersifat Malikiyah, atau bersifat maharaja dan maha penguasa.
2. Syaithaniyah, sifat-sifat setan
3. Saba’iyyah, bersifat binatang buas.
4. Bahimmiyyah, bersifat binatang ternak berkaki empat.
Dosa Malikiyyah
Dosa malikiyyah adalah dosa yang disebabkan oleh seseorang yang mempunyai sifat-sifat maharaja atau mahakuasa.
Sifat-sifat malikiyyah tidak seharusnya dimiliki oleh manusia. Yaitu sifat-sifat yang seharusnya untuk Allah, seperti mempunyai perasaan keagungan, kesombongan, keperkasaan, merasa tinggi, menjauhkan hak, dan lain sebagainya. Termasuk dalam katagori ini adalah syirik kepada Allah.
Syirik ada dua macam, syirik yang pertama, yaitu syirik dalam nama-nama, sifat-sifat-Nya, dan menjadikan sesuatu sebagai sesembahan selain Allah.
Syirik yang kedua adalah syirik muamalah. Syirik seperti ini bisa dipastikan pelakunya masuk neraka, walau yang ia sekutukan dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala itu adalah amal.
Yang termasuk katagori syirik muamalah banyak macamnya, termasuk perkataan tentang Allah dalam masalah penciptaan makhluk dan hal ihwalnya tanpa didasari oleh ilmu.
Orang melakukan perbuatan tersebut sama artinya dengan menentang Allah Subhanahu wa Ta’ala, baik dalam ketuhanan-Nya muapun kekuasaan-Nya. Ia menjadikan sekutu bagi Allah dan ini dosa yang paling besar di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala hingga amal yang lain tidak ada gunanya.
Dosa Syaithaniyyah
Dosa syaithaniyyah, yaitu dosa yang menyerupai perbuaan setan, meliputi kedengkian, pelanggaran, penipuan-penipuan, pengkhianatan, pengelabuan, makar, menganjurkan bermaksiat, mencegah orang taat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, memperolok-olok ketaatan, mengadakan hal-hal baru yang tidak disyariatkan dalam Agama, menyerukan perbuatan bid’ah dan kesesatan. Jenis ini tingkat kejahatannya sama dengan yang pertama.
Dosa Saba’iyyah
Dosa Saba’iyyah yaitu dosa yang ditimbulkan oleh sifat-sifat binatang buas yang menetap dalam jiwa dan akhlak manusia, seperti permusuhan, amarah, pertumpahan darah, sewenang-wenang terhadap orang lemah, dan sebagainya. Perbuatan ini bisa berkembang menjadi berbagai macam gangguan yang dilakukan oleh manusia, seperti berani melakukan kekejaman, permusuhan, dan lain sebagainya.
Dosa Bahimiyyah
Adapun dosa bahimiyyah, yaitu dosa yang mempunyai sifat seperti sifat-sifat binatang ternak, rakus, gemar melayani nafsu perut dan seksual hingga mendorong kepada perzinahan, mencuri, memakan harta anak yatim, kikir, penakut, dan lain sebagainya.
Karakter ini banyak dilakukan manusia karena mereka tidak mampu melakukan dosa malikiyyah dan saba’iyyah. Akan tetapi, karena terbiasa melakukan dosa bahimiyyah, selanjutnya dapat berkembang menjadi dosa saba’iyyah, kemudian berkembang lagi kedosa-dosa syaithaniyyah, yang pada akhirnya sampai menentang Allah, syirik terhadap keesaan-Nya.
Jika Anda merenungkan ini sebaik-baiknya, Anda akan menemukan bahwa dosa-dosa itu merupakan lorong menuju syirik, kafir dan pembangkangan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagai Pencipta dan Pemelihara.
Sumber:
Kitab Ad-Dau wa Ad-Dawa, Ibnul Qayyim Al-Jauziyah. Edisi Indonesia: Terapi Penyakit Hati, Qishti Press
Pamoyanan, 12 Sya’ban 1441 H/6 April 2020 M (Zoom)