Undang SyarifOleh Undang Syarif HSP

“Wahai orang–orang yang beriman telah di wajibkan kepada kamu semua beribadah shaum sebagaimana telah diwajibkan kepada orang–orang sebelum kamu agar kamu menjadi orang–orang yang bertaqwa”. (Q.s. Al-Baqarah : 183)

Tujuan ibadah shaum adalah untuk menciptakan manusia yang bertaqwa. Manusia yang taqwa adalah sesungguhnya manusia yang memiliki kesadaran ketuhanan yang sangat tinggi. Kesadaran ketuhanan adalah kesadaran seseorang bahwa Allah SWT. Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha segala-Nya,senantiasa menyertai dan mengawasi hidupnya, sehingga Allah bukan hanya Maha hadir tetapi juga Maha Dekat

Kesadaran ketuhanan adalah pangkal kebajikan dan pondasi moral yang tinggi. Tanpa ada keasadaran ketuhanan tak mungkin ada taqwa  itu sendiri seseorang tidak akan mencuri,tidak mungkin korupsi,tidak mungkin berzina,atau tidak mungkin tidak akan melakukan tindak kejahatan lainnya manakala ia beriman kepada Allah dalam arti ingat akan kehadiran Allah yang senantiasa mengawasinya. Ini mengandung arti bahwa perbuatan perbuatan dosa timbul dan terjadi karena kelalaian manusia dari mengingat Allah SWT.

Ibadah shaum yang kita jalani di bulan ramadhan ini sesungguhnya berguna untuk mempertajam dan mengingatkan kesadaran itu sendiri. Dengan harapan dapat menjadi dasar dan landasan terbentuk ya nilai taqwa. Kesadaran ketuhanan itu sendiri akan melahirkan manusia yang serba hati-hati dalam hidupnya. Dia sadar bahwa Allah Maha melihat, sehingga apapun yang dia lakukan tidak akan pernah lepas dari pantauan Allah SWT.

Korupsi yang dilakukan sebagian petinggi dari negeri ini, pembunuhan dan pembantaian yang senantiasa jadi tontonan saban hari, pelacuran yang semakin kian menjadi, terorisme yang kian terus menghantui dan memakan banyak korban orang-orang yang tak berdosa, dan semakin maraknya tindak kejahatan dan kriminalitas dalam berbagai aspek kehidupan, adalah akibat ulah manusia yang tidak sadar akan kehadiranAllah SWT. Tidak sadar bahwa sesungguhnya Allah Maha Melihat dan Mengawasi apa yang kit lakukan.

Oleh karenanya ibadah shaum dan  amaliah ramadhan lainnya akan mampu melahirkan jiwa Tauhid yang kuat dan kokoh manakala dijalani penuh dengan keimanan dan keikhlasan, dan telah mampu menghadirkan Allah dalam dirinya. Dia merasa Allah senantiasa hadir dan memantau segala gerak-gerik dan seluruh aktivitasnya.

Keasadaran ketuhanan pula akan mampu melahirkan kesadaran kemanusiaan. Bukan hanya Allah hadir dalam hidupnya, akan tetapi dia juga punya empati dan punya peduli akan kehidupan sekelilingnya. Dia akan memiliki kepedulian yang sangat tinggi terhadap derajat kemanusiaan degan didasari  keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Dengan kata lain kepedilan yang dimiliki atas dasar karena Allah semata-mata, hanya ingin memperoleh penghargaan dari Allah.

Setiap kita mengibarkan panji-panji persamaan dan keadilan sebagai kepentingan kemanusiaan, haruslah bersumber sepenuhnya dari prinsip tauhid. Lalu prinsip Tauhidullah ini memancarkan cinta kasih antara sesama ummat manusia, membulatkan perasaan sebagai keluarga besar, ummatan waahidah, persaudaraan tidak hanya dibatasi oleh faktor genetic biologis semata, factor darah dan keturunan, namun semangat persaudaraan ini memiliki sumber motivasi yang lebih besar lagi, yaitu persaudaraan se-iman dan se-islam bahkan kemanusiian secara lebih luas lagi. Karena itu Allah mengisyaratkan untuk senantiasa berlaku baik, faaslihu baina akhwaikum, berislahlah diantara kamu sekalian, sambil bebagi rasa, bebelas kasih, memadu menjadi satu, ibarat satu struktur bangunan yang kuat dan kokoh, yasyuddu ba’duhu ba’dhon, berat sama dipikul ringan sama di jinjing.

Seandainya semua apa yang kita lakukan di dasai oleh Allah, betapa indahnya hidup ini. Sehingga buah dari kesadran kemanusiaan ini akan melahirkan kedamaian, keharmonisan dan hidup penuh dengan cinta kasih. Tak mungkin saling menggunjing antar sesama, timbul percekcokan, dan tak mungkin akan terjadi perpecahan diantra kita yang mengakibatkan pecahnya pesatuan dan kesatuan ummat islam.

Tak mungkin terjadi penindasan sikaya atas si miskin, tak akan pernah terjadi ekploitasi si kuat atas si lemah. Dengan kata lain, iman dan taqwa akan mampu melahirkan kedamaian, ketenangan, ketentraman dan keharmonisan. Lebih jauhnya lagi peduli sosial dan peduli lingkungan. Sehingga kemiskinan akan terminimalisasi dan teratasi, karena adanya si kaya sadar bahwa dalam harta yang dimiliki ada hak fakir miskin yang di keluarkan.

Ini sebagai wujud solidaritas untuk memperhatiakn sesama. Ini juga hikmah dari penunaian zakat fitrah yang setiap akhir bulan ramadhan kita keluarkan sebagai perpaduan antara kesadaran ke-Tuhanan dengan kesadaran Kemanusiaan. Dan sebagai hikmah dari ibadah shaum yang kita jalani, ternyata mampu melahirkan jiwa-jiwa sosial yang memiliki empati terhadap si kaya dan si miskin, melahirkan sikap dan sifat solidaritas serta kebersamaan, mewujudkan persatuan dan kesatuan dengan landasan tauhidulloh.

Makan pantaslah apabila ibadah shaum merupakan salah satu rukun dari rukun islam yang lima, sebagai sarana untuk membangun manusia beriman dan bertaqwa,manusia yang berkwalitas. Karena itu ibadah shaum secara rasional akan mampu mewujudkan imoian demi terbentuknya masyarakat madani yang diridhoi Allah SWT. yang selama ini kita idam-idamkan, baldatun thoyyibatun wa rabbun ghofur.

Dengan bekal kesucian jiwa dan hati, di bulan yang berkah ini, bulan untuk penggemblengan diri dan jiwa, sangat relefan untuk kita renungkan. di tengah-tengah kondisi bangsa dan Negara dewasa ini, porak-poranda dan carut-marutnya bebagai sisi kehidupan serta luluh lantahnya keadilan dan kesejahteraan, boleh jadi semua ini individu-individu dalam masyarakat kita lebih mememtingkan diri sendiri, golongan, kelompok, partai atau suku bangsanya tanpa menghiraukan kelompok lain. Dari sini akhirnya lahirnya manusia-manusia yang serakah dan egois, tak peduli dengan yang lainnya yang pada gilirannya akan mampu meluluh lantahkan bebagai sendi-sendi kehidupan.

Berbagai malapetaka yang menimpa negeri ini jangan sampai masuk pada kategori persekot adzab dari Allah. Karena kita tidak mengindahkan titah perintah-Nya ,lebih banyak menginjak-injak aturan-Nya, aturan-aturan jahiliyah lebih kita utamakan  sementara aturan Allah kita pinggirkan dan kita sisihkan. Ini akibat kesadran ketuhanan yang belum kita miliki.

Mari kita simak peringatan Allah; “Dan periharalah dirimu dari siksa yang tidak khusus menimpa kepada oran-orang yang dzalim saja diantaramu. Dan ketahuilah bahwa allah sangat keras siksa-Nya “.(Q.S. Al-Anfal/8 : 25). Wallahu a’lam bish-showab.*

Written by puijabar

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *