Training Muslih PUI Jawa Barat se-Priangan Timur

Oleh: H. Nurhasan Zaidi (Ketua Dewan Pertimbangan Pusat  PUI)

“Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu”
(QS. Al-Baqoroh : 143)
Wasathiyyatul Islam, sebuah istilah dalam bahasa Arab, kita mengenalnya dengan Islam Wasathiyah, suatu corak pemahaman dan langkah praktis (arah dan gerak) dakwah Islam. Ia juga merupakan metode atau pendekatan dalam mengkontekstualisasi Islam di tengah peradaban masyarakat dunia saat ini yang mendorong adanya Ishlah (perbaikan) menuju peradaban yang rahmatan lil ‘alamiin. Konsepsi Islam Wasathiyyah adalah Islam yang penuh kedewasaan dan pemahaman yang tinggi yang melampaui egoisme kelompok.
Para pendiri PUI telah memberikan contoh Islam Wasathiyyah dalam membangun iklim Islam dan dakwahnya yang moderat (wasathiyyah) dan luwes (samahah). Hal ini melekat dengan konseps Ummatan Wasathan yang sejalan dengan anggaran Dasar PUI pasal 5 Usaha poin 6,  “Membangun dan mengembangkan Ummatan Wasathan dengan sikap jihad, ijtihad, kepedulian, kesetia kawanan dan kemitraan sosial dalam segala aspek kehidupan masyarakat”.
Islam Wasathiyyah dalam Sejarah Amaliyah PUI
Sejarah mencatat bahwa Islam Wasathiyyah telah menjadi karakter amaliah dakwah PUI. PUI menjadi pionir dalam Islam yg dewasa dan moderat (wasathiyyah) ditengah keberagaman aliran-aliran, jama’ah, maupun Organisasi Islam yang berkembang saat itu, FUSI PUI dan pembentukan Partai Masyumi menjadi bukti sejarahnya. Tafsir Islam Wasathiyah PUI dalam konteks dasar bernegara tercermin dalam cara pandang terhadap perumusan sila dalam Pancasila terutama sila KetuhananYang


Maha Esa, bahasa keragaman dan kemanusiaan yang dipakai. Kenapa menggunakan bahasa ‘Ketuhanan yang Maha Esa’ bukan Allah Robbul ‘Alamin? Substansinya murni ketauhidan,bahasanya toleran namun mengandung misi tauhid yang mendalam ditengah iklim ke-Indonesiaan yang plural.
Konsepsi Islam Wasathiyyah sebagai Arah, Gerak dan Langkah Dakwah PUI
“Wasathiyyah” merupakan orientasi dakwah yang moderat, luwes, seimbang dan adil, yang mengkompromikan antara konsistensi mengikuti nash (AlQur’an dan As-Sunah) serta pemenuhan tujuan-tujuan Syar’iyah (Maqashiid Syari’ah). Sehingga yang Juz’iyy (parsial) tidak menentang yang kulli (umum). Yang Zhanni (prasangka) tidak menentang yang Qath’iy (pasti). Kemaslahatan ummat pun terlindungi. Syaratnya bahwa tidak bertentangan dengan nash yang shahih dan tidak bertentangan dengan ka’idah Syar’iyah yang disepakati. Ia mengkompromikan antara yang muhkamat menurut syariah dengan berbagai tuntunan zaman. (Yusuf Qordhowi, dalam buku Politik Dakwah, Metodologi dan Dasar-dasar Ijtihad di Ranah Fikih Dakwah, M. Ahmad Ar-Rasyid)
Bahwa arah, gerak dan langkah dakwah PUI adalah Islam Wasathiyyah yang menjunjung tinggi nilai- nilai Ishlah dan Mahabbah, berorientasi pada harmoni dan keseimbangan hidup bermasyarakat dan bernegara. Menghargai keragaman pemikiran dan latar belakang sosial budaya, menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, kebenaran, kejujuran dan kemanusiaan serta terus berupaya untuk tercapainya persatuan ummat (amanah Deklarasi Palembang dalam Muktamar se-abad PUI).
Ruh Intisab dan Ishlah Tsamaniyyah sebagai Landasan Implementasi Islam Wasathiyyah
Pemahaman dan pengamalan “Wasathiyyah” lahir manakala “Khittah Dakwah” dipahami dengan baik, dengan menjiwai Ruh Intisab dan mengamalkan delapan Ishlah PUI dengan benar. Dalam isi Mukaddimah AD/ART narasinya cukup jelas terkait pengamalan Islam Wasathiyyah.
Islam Wasathiyyah PUI dalam hal Fiqih Ubudiyah
Dalam masalah Fiqih Ubudiyah, para pendiri PUI telah memberikan contoh ketauladanan dan sikapnya yang mencerminkan nilai Islam Wasathiyyah. PUI memiliki prinsip bahwa dalam masalah fikih ibadah harus mempelajari 4 mazhab, dalam pengimplementasiannya diserahkan kepada masyarakat yang disesuaikan dengan ijtihad masing-masing dan tidak terjebak pada pertentangan akibat masalah furu’iyah. Pemahaman yang mendalam tentang Ishlahul Ibadah yang berujung pada perasaan kepasrahan dan penghambaan diri kepada Allah menjadi landasan utama dan hal itu tercermin dalam Intisab PUI. (Zoom)

Written by puijabar

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *