Pimpinan Wilayah PUI Jabar mengalami perubahan pasca Muswil di Jatinangor bulan Maret 2011 lalu. Di level “operasional program” atau pimpinan harian, kepengurusan baru PW PUI Jabar kini di bawah pimpinan HM. Iding Bahrudin.

Pengurus baru tentu ada perubahan suasana sekaligus perubahan program dan arah kebijakan, dengan tetap berpegang pada khittah PUI sebagai ormas pendidikan dan dakwah.

Jamaah PUI Jabar tentu mengharapkan ada perubahan ke arah yang lebih baik. Formula standarnya: mempertahankan yang sudah berjalan baik, meningkatkannya, dan mengoreksi dan memperbaiki kekurangan yang ada.

PUI Jabar menjadi barometer kemajuan PUI secara nasional. Pasalnya, Jabar merupakan basis dan tempat lahir PUI. PUI Jabar pula yang paling dinamis dan jamaahnya paling besar.

Banyak persoalan yang masih dihadapi PUI Jabar. Mulai dari pemahaman jati diri PUI, komitmen SDM, militansi kader, pengokohan struktur, lembaga pendidikan, kejelasan aset-aset wakaf PUI, dan sebagainya.

PUI periode kepemimpinan H. Djadja Djahari kegairahannya mulai terlihat. Tapi belum menyeluruh pada setiap pengurusnya. Prestasi di akhir periodenya, PUI telah memiliki
sekretariat. Tetapi masih cukup banyak agenda PUI Jabar yang belum menyentuh pada persoalan inti PUI.

Menghadapi kompleksnya persoalan PUI, tidak cukup mengandalkan kekuatan personal, tapi harus ada kekuatan kerja kolektif (amal jama’i) dalam menyelesaikannya.  Itulah yang menjadi tantangan pengurus PUI Jabar sekarang.

Sebuah organisasi menjadi sangat penting menjadikan wacana perubahan sebagai semangat gerakannya. Wacana perubahan ini tengah melanda berbagai institusi di dunia, seperti perusahaan (corporate), pemerintah (government). Semangat yang sama seharusnya dapat diadopsi oleh ormas-ormas yang ada. Dengan kata lain, menciptakan kultur organisasi pembelajar akan terasa penting menghadapi berbagai
tantangan globalisasi.

Memasuki era digital akan menjadikan kita berkembang pesat atau mundur ditinggalkan sekadar menjadi fosil sejarah. Tokoh-tokoh PUI khususnya pada tingkat daerah sudah cukup banyak yang telah memenuhi panggilan Allah. PUI di tingkat daerah sudah harus secepatnya mulai menyiapkan dan menyegarkan estafet
kepengurusan.

Sebuah organisasi dapat dikatakan sehat jika dia dapat melakukan metabolisme (pergantian) kepemimpinan secara sehat dan teratur.

PUI perlu mengaktualisasikan jati dirinya. Konsep jati diri PUI harus mampu mengantisipasi dan menangkap peluang perubahan zaman. Konsekuensi perubahan seringkali disalahpahami, bahkan mendapat tantangan. Sebagaimana negeri ini, ketika reformasi bergulir dan perubahan itu menjadi agenda bersama, status quo mengalami kepanikan untuk menerima perubahan itu.

Insya Allah PUI sebagai organisasi gerakan dakwah, selalu meyakini bahwa dinamika perubahan di PUI harus selalu hidup. Perubahan untuk melakukan inovasi-inovasi baru.

Kerja-kerja organisasi dakwah modern, harus mampu meramu tantangan dan peluang menjadi energi kebangkitan PUI. Warga PUI Jabar telah lama menanti akan dibawa ke mana perubahan PUI. Negeri ini telah melakukan reformasi. PUI akan bersama-sama mengikuti arah perubahan itu atau ditingggalkan oleh perubahan. Wallahu a’lam. (Pengantar Laporan Utama Majalah INTISABI edisi 7, November 2011. By ASM. Romli)

Written by puijabar

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *