Perasaan Merasa Berdosa (Bagian Ketiga)
H. Eka HardianaOleh: H. Eka HardianaTIDAK MERASA DIHUKUM ALLAHYang lebih berbahaya dari sikap akrab dengan…
Oleh H. Munandi Shaleh
(Ketua Umum DPD PUI Kota Sukabumi)
Persatuan Ummat Islam (PUI) sebuah organisasi kemasyarakatan hasil fusi dari dua organisasi antara Perikatan Ummat Islam (PUI) yang berpusat di Majalengka dengan Persatuan Ummat Islam Indonesia (PUII) yang berpusat di Gunugpuyuh Sukabumi pada tanggal 5 April 1952 M bertepatan dengan tanggal 9 Rajab 1371 H di Bogor, dalam perjalanan kehidupan keorganisasiannya di Indonesia mengalami pasang surut sesuai dengan perkembangan jaman dan perkembangan penguasa dari mulai masa pemeritahan kolonial Belanda, masa Pemerintahan Pendudukan Jepang, masa Kemerdekaan : era pemerintahan Orde lama (era demokrasi liberal dan era demokrasi terpimpin), era pemerintahan orde baru (era demokrasi Pancasila), dan era pemerintahan orde reformasi.
Apabila kita simak dari perjalanan organisasi Perikatan Ummat Islam (PUI) yang berpusat di Majalengka, yang asal mulanya bernama Majelisoel Ilmi (MI) berdiri pada tahun 1911, selanjutnya berganti nama menjadi Hayatoel Qoeloeb (HQ) tahun 1912, selanjutnya atas saran HOS Cokroaminoto berganti nama menjadi Persyarikatan Oelama (PO) pada tahun 1916, dan kemudian berganti nama lagi menjadi Perikatan Oemmat Islam (POI) pada sekitar tahun 1944/1945, dan pada tahun 1947 nama organisasi ini disesuaikan dengan ejaan Suwandi menjadi Perikatan Ummat Islam (PUI), maka usia PUI sampai saat ini sudah melebihi satu abad (102 Tahun).
Begitupun kalau kita simak dari perjalanan organisasi Persatuan Ummat Islam Indonesia (PUII) yang berpusat di Gunungpuyuh Sukabumi, yang asal mulanya bernama Al-Ittihadiyatoel Islamiyyah (AII) berdiri pada tahun 1931 di Batavia Centroem (Jakarta, pen), selanjutnya berganti nama menjadi Persatoean Oemmat Islam Indonesia (POII) pada tahun 1944/1945, dan pada tahun 1947 nama organisasi ini disesuaikan dengan ejaan Suwandi menjadi Persatuan Ummat Islam Indonesia (PUII), maka usia PUII sampai saat ini berusia 82 tahun.
Selanjutnya kalau kita simak dari perjalanan organisasi Persatuan Ummat Islam (PUI) hasil fusi pada 5 April 1952 di Bogor, maka usia PUI sampai saat ini telah berusia 61 tahun.
Maka perjalanan organisasi PUI memiliki keragaman dalam rentang perjuangan amalnya sehingga pasang surut perjuangan dalam kerangka melakukan penetrasi eksitensi organisasi senantiasa berubah-rubah, adakalanya maju dengan pesat sesuai dengan situasi dan kondisi jaman juga militansi pengurus yang secara bahu membahu dan bersama-sama untuk memajukan perhimpunan, atau sebaliknya adakalanya situasi dan kondisi jaman atau militansi pengurus sudah mengalami degradasi oleh berbagai hambatan, gangguan, ancaman dan tantangan, sehingga perjalanan organisasi agak terseok-seok tidak sesuai dengan harapan.
Masa keemasan Perikatan Ummat Islam (PUI), identik dengan figur pendirinya yaitu K.H. Abdul Halim. Ia adalah seorang sosok ulama, pendidik, dan pejuang dalam memberantas kebodohan, kebathilan, dan kekufuran dibumi Indonesia khususnya di Jawa Barat serta Majalengka dan sekitarnya. Karena konsisten dalam melakukan itu semua, ia mendapat penghargaan dari Presiden SBY diangkat menjadi Pahlawan Nasional.
Bagitupun masa keemasan Persatuan Ummat Islam Indonesia (PUII), tidak dapat dilepaskan dari figur central organisasi tersebut yaitu K.H. Ahmad Sanusi selain sebagai seorang sosok ulama yang mumpuni dalam berbagai bidang ilmu Agama Islam terutama tafsir al-Qur’an, juga sebagai pendidik dan pejuang dalam memberantas kebodohan, kebhatilan dan kekufuran di lingkungan ummat Islam Sukabumi pada khsusnya Jawa Barat dan Indonesia pada umumnya baik melalui media cetak seperti berbagai macam kitab yang ia karang, majalah bulanan yang ia pimpin dan media-media lainnya maupun melalui dakwah billisan secara langsung kepada masyarakat sehingga dalam waktu singkat ia sangat disegani oleh kawan maupun lawan bahkan termasuk tokoh ulama yang dianggap berbahaya oleh pemerintah Kolonial Belanda, sehingga tak perlu heran apabila selama hidupnya karena konsisten dalam menjalani itu semua ia bayar dengan mahal yaitu dengan ditahan selama sekitar 1 tahun di LP Cianjur dan LP Nyomplong Sukabumi, di internir (di buang) ke Tanah Tinggi Batavia Centrum (Jakarta, pen) selama sekitar 5 tahun dan menjadi tahanan Kota di Kota Sukabumi selama sekitar 9 tahun. Maka wajarlah apabila Pemerintah Indonesia melalui Presiden Suharto dan Presiden SBY memberikan anugerah penghargaan Bintang Maha Putra Utama dan Bintang Maha Pradana kepada K.H. Ahmad Sanusi.
Begitu pula dengan Shahabat juga muridnya K.H. Ahmad Sanusi, yaitu Mr.R. Syamsuddin selain menjadi tokoh nasional juga ia sebagai penggerak Persatuan Ummat Islam Indoensia (PUII) yang selalu setia mendampingi K.H. Ahmad Sanusi terutama ketika bertemu dengan para tokoh nasional seperti Ir. Sukarno, Moh. Hatta, Sutan Sahrir, dan lain-lain. Maka ia pun sama mendapat anugerah penghargaan Bintang Maha Putra Utama dari Presiden Suharto.
Selanjutnya pada masa Persatuan Ummat Islam (PUI), organisasi ini berada pada tiga fase, yaitu fase era pemerintahan Orde Lama (era Demokrasi Liberal dan era demokrasi terpimpin), fase pemerintahan era Orde Baru, dan fase pemerintahan era reformasi.
Pada fase pemerintahan Orde Lama perkembangan PUI, relatif cukup baik dan berkembang dengan baik, banyak tokoh-tokoh PUI yang dahulunya tokoh Perikatan Ummat Islam (PUI) dan Persatuan Ummat Islam Indonesia (PUII) berkiprah dalam panggung nasional dengan menjadi aktivis dan penggerak dari organisasi politik dan kenegaraan bahkan menjadi tokoh nasional dalam menjalankan roda pemerintahan untuk membangun bangsa dan Negara.
Begitupun di awal era Orde Baru, PUI masih tetap berkiprah dalam berbagai demensi kehidupan berbangsa dan bernegara dengan merepleksikan amal organisasinya dalam kehidupan nyata di masyarakat dengan menjalankan delapan jalur perbaikan (Islahu ast-Tsaamaniyah) yang dilandasi oleh Intisab sebagai doktrin perjuangan PUI. Namun di pertengahan dan akhir era Orde Baru, PUI dalam melaksanakan amal organisasinya tidak sebegitu hebat awal fusi karena suasana pemerintahan yang cenderung militeristik dan diktatoristik agak membelenggu aktivitas organisasi PUI, sehingga kegiatan PUI lebih banyak di arahkan kedalam penataan dunia pendidikan baik formal, non formal dan informal sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada walaupun masih jauh dari harapan.
Pada era orde repormasi angin segar mulai berhembus pada kepemimpinan Ahmad Heryawan di kepengurusan pusat, karena didukung oleh tenaga segar, muda, dan energik serta solid dalam melaksankan amal organisasinya sehingga PUI mulai bangun kembali dari tidur panjangnya. Lebih-lebih setelah Ahmad Heryawan terpilih menjadi Gubernur, PUI mulai akrab dengan kekuasaan walaupun PUI bukan sebuah organisasi Partai Politik namun dengan berkuasanya Ahmad Heriyawan sebagai Gubernur Jawa Barat, PUI agak mendapatkan tempat ketika berhubungan dengan kekuasaan tersebut.
Karena semakin akrabnya PUI dengan kekuasaan khususnya di Jawa Barat lebih-lebih Ketua Umum DPW PUI Jawa Barat Iding Bahruddin mulai banyak melakukan kegiatan terobosan dan konsolidasi baik ke internal maupun eksternal organisasi, maka PUI sudah mulai diperhitungkan oleh organisasi lainnya, sehingga Ketua Forum Ormas Islam di Jawa Barat di pegang oleh PUI, hal ini menandakan bahwa organisasi PUI sudah mulai eksis minimal di Provinsi Jawa Barat sebagai tempat lahirnya PUI.
Keberadaan PUI khususnya di Jawa Barat tentu tidak dapat dilepaskan dengan tampilnya Ahmad Heryawan sebagai Gubernur Jawa Barat. Yang menjadi persoalan bagaimana PUI kedepan apabila Ahmad Heryawan telah tuntas menyelesaikan amanah Gubernur periode keduanya ?, apakah PUI masih tetap eksis seperti sekarang ini ? atau sebaliknya. Hal ini yang harus menjadi bahan pemikiran bagi keluarga besar PUI.
Kemandirian PUI selama ini dengan tetap menjaga jarak dengan Kekuasaan tidak dapat memacu kemajuan PUI secara cepat, begitupun sabaliknya keakraban PUI dengan kekuasaan tidak banyak menguntungkan untuk kemajuan PUI secara cepat pula, dan bagaimana kelanjutannya PUI kalau sudah tidak akrab lagi dengan kekuasaan apakah PUI akan tetap seperti ini atau akan lebih maju lagi, ini harus menjadi bahan renungan kita bersama.
PUI di masa jabatan Gubernur Ahmad Heryawan yang kedua harus menjadi pemikiran dan bahan renungan baik untuk para pengurus, simpatisan maupun kader PUI, karena maju dan mundurnya PUI tergantung pada upaya serius dari komponen tersebut, sehingga PUI tidak hanya menjadi organisasi papan nama saja, akan tetapi PUI harus menjadi organisasi kader, organisasi Ulama, dan organisasi yang senantiasa memikirkan dan memperjuangan kepentingan masyarakat dalam sebuah bingkai persatuan dan kesatuan ummat. Wallaahu ‘alam bissowab.
semangat perjuangan yang mesti diteladani dan terus diperjuangkan., galakan semangat Persatuan Umat Islam.