PUIJABAR.ORG — Rapat koordinasi Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jabar yang digelar di Gedung Sate ,Rabu (15/10/2014) yang juga dihadiri Ketua PW PUI Jabar,Drs.H.Iding Bahruddin,M.Pd menyimpulkan bahwa tuduhan sikap intoleransi umat Islam terhadap umat lain tidak bisa dibuktikan kebenarannya. Meski diakui selama masih ada konflik horinzontal antar umat Bergama,namun kasus tersebut tidak bisa dijadikan acuan sikap intoleransi.
“Rata-rata kasus yang terjadi di Jabar adalah rumah tinggal atau gedung serba guna yang di jadikan rumah ibadah.Ini kan melanggar Ijin Mendirikan Bangunan (IMB),jadi umat Islam bukan melarang umat lain membangun tempat ibadah tapi syaratnya tidak terpenuhi. Harus dibedakan itu,”jelas Haji Iding dihadapan pengurus PW PUI Jabar di Sekretariat PUI Jabar, Rabu (15/10/2014).
Untuk memahami arti dan makna toleransi,menurut Haji Iding minimal ada 4 pendekatan yang bisa dilakukan. Pertama adalah Pendekatan Theologi,dalam hal ini menurutnya semua pemeluk agama harus mempelajari ajaran agamanya masing-masing dengan baik dan benar berdasarkan kitab sucinya masing-masing,bukan berdasarkan penafsiran sepihak.
“Tapi ingat bagi umat Islam tidak ada toleransi dalam hal aqidah,”tegasnya.
Kedua adalah dengan Pendekatan Regulasi, dalam hal ini baik dari pemerintah yang diwakili aparat penegak hokum (polisi,kejaksaan) maupun dari kementrian agama harus menegakkan aturan dengan tegas. Misanya jika ada pihak yang melanggar aturan dalam pendirian rumah ibadah harus ditindak tegas dan diberi sanksi sesuai aturan yang ada. Hal ini juga bisa dimaknai sebegai salah satu ketaatan warga Negara kepada pemerintah.
“Tuduhan intoleransi umat Islam khususnya di Jawa Barat paling tinggi, karena pemicunya pihak lain melakukan pelanggaran dalam pendirian rumah ibadah baik alih fungsi bangunan maupun tidak mempunyai ijin. Selain itu ada media yang memberitakan salah dan tidak sesuai fakta sehingga menimbulkan kesan umat Islam di Jabar intoleransi,”imbuh Haji Iding.
Sementar yang ketiga adalah Pedekatan Sosial Politik. Seperti diketahui bahwa jumlah penduduk Jabar yang terbesar disbanding dengan provinsi lain diseluruh sehingga ketika ada perhelatan politik selalu saja ada pihak yang mau mengambil suara dari Jabar. Beberapa peristiwa yang terjadi di Jawa Barat pelakunya banyaknya orang dari luar Jabar.
Yang terakhir adalah Pendekatan Ekstern. Seperti telah menjadi rahasia umum bahwa aliran sesat atau paham sesat yang berkembang di Indonesia ada dukungan dari luar negeri, Ahmadiyah dari Inggris atau Kristen dari Amerika dan Eropa. Maka dari itu perlu dukungan dan cara politik untuk menyelesaikannya.
Untuk Haji Iding meminta kepada umat Islam khususnya warga PUI harus mengedepankan kehidupan beragama secara utuh dengan meningkatkan ajaran-ajaran kebenaran dan kebaikan berdasarkan ajaran Islam. Disisi lain kasus-kasus tersebut harus menjadi momen umat Islam untuk bersatu dan tidak mudah dipecah belah. Seperti diketahui bersama berdasarkan hasil kajian dantemuan Bakorpakem bahwa setidaknya ada 166 aliran sesat dan menyesatkan yang muncul dan berkembang di Jawa Barat. [Iman]