|
Ilustrasi by Google |
Oleh: Eka Hardiana (Ketua DPP PUI)
بسم الله الرحمن الرحيم
اللّهُمَّ إِنِّي أَصْبَحْتُ مِنْكَ في نعمة و عافية و ستر، فَأَتِمَّ عَلَيَّ نِعْمَتَكَ وَ عَافِيَتَكَ وَ سِتْرَكَ فِي الدُّنْيَا وَ الْأَخِرَةِ
Ya Allah, sesungguhnya aku memulai waktu pagi ini dengan kenikmatan, kesehatan, dan perlindungan-Mu. Maka sempurnakanlah untukku kenikmatan, kesehatan, dan perlindungan-Mu itu, di dunia dan di akhirat..
Semoga kita semua senantiasa dilimpahkan keberkahan dan Kesehatan
إصلاح العبادة
Tanda Diterimanya Suatu Amalan
Perbaikan kualitas ibadah dengan mengetahui bahwa tanda diterimanya suatu amalan adalah apabila amalan tersebut membuahkan amalan ketaatan berikutnya. Di antara bentuknya adalah apabila amalan tersebut dilakukan secara kontinu (rutin). Sebaliknya tanda tertolaknya suatu amalan (alias tidak diterima), apabila amalan tersebut malah membuahkan kejelekan setelah itu.
Mari kita perhatikan ungkapan para ulama yang mendalam ilmunya mengenai hal ini.
Sebagian ulama salaf mengatakan,
مِنْ ثَوَابِ الحَسَنَةِ الحَسَنَةُ بَعْدَهَا، وَمِنْ جَزَاءِ السَّيِّئَةِ السَّيِّئَةُ بَعْدَهَا
“Di antara balasan kebaikan adalah kebaikan selanjutnya dan di antara balasan kejelekan adalah kejelekan selanjutnya.”
(Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 8/417, Daar Thoyyibah, cetakan kedua, 1420 H,Tafsir Surat Al Lail)
Ibnu Rajab menjelaskan hal di atas dengan membawakan perkataan salaf lainnya, ”Balasan dari amalan kebaikan adalah amalan kebaikan selanjutnya. Barangsiapa melaksanakan kebaikan lalu melanjutkan dengan kebaikan lainnya, maka itu adalah tanda diterimanya amalan yang pertama. Begitu pula barangsiapa yang melaksanakan kebaikan, namun malah dilanjutkan dengan amalan kejelekan, maka ini adalah tanda tertolaknya atau tidak diterimanya amalan kebaikan yang telah dilakukan.”
(Latho-if Al Ma’arif, hal. 394) (Zoom_Adhie)