Oleh: Yusuf Islahuddin Kholid (Sekretaris Jenderal PB HIMA PUI)

“Usia hanyalah sekedar angka-angka”. Kalimat ini membuat kita berpikir lebih jauh, bahwa ada sebagian orang yang tidak membiarkan usia mengganggu produktivitasnya. Karena “merasa tua” hanyalah alasan manja untuk tidak berkarya. Apalah bedanya muda dan tua? Bukankah setiap masa punya plus dan minusnya?

Kali ini saya ingin menceritakan tentang sosok yang beberapa hari lalu, saya berkesempatan untuk membersamainya. Beliau adalah Ust. Ahmad Rifai, Wakil Ketua Majelis Syuro (MS) Persatuan Ummat Islam (PUI). Tokoh berusia 79 tahun ini memiliki segudang pengalaman dan prestasi. Selain sebagai Wakil Ketua MS PUI, beliau tercatat sebagai salah satu pendiri Universitas Paramadina, Jakarta sekaligus Ketua Dewan Pengawas di lembaga tersebut. Beliau juga adalah komisaris di PT. Radiant Utama Interinsco TBK dan pernah mendirikan berbagai perusahaan di Indonesia.

Bagi saya, beliau adalah salah satu orang generalis yang banyak mengetahui berbagai masalah, bukan hanya dari sisi teoritis saja, tapi sampai masalah praktek. Dari mulai pertanian, ekonomi, bisnis, dakwah, keumatan, islam, politik, dunia pergerakan, bahasa, dll. Kesempatan membersamainya kemarin, benar-benar saya manfaatkan untuk mengambil sebanyak-banyaknya ilmu dan pengalaman dari beliau. Pembicaraan kami di waktu malam sampai mencapai sekitar pukul 12. Paginya pun kami sambung, sampai waktu memaksa kami berpisah.

Kalaulah definisi tua dan muda tidak dilihat dari usia, saya rasa beliau masih dikategorikan pemuda. Walau usia beliau hampir 4 kali lipat dari usia saya, tapi semangat dan produktivitas beliau masih harus saya ambil contoh. Setidaknya sepekan sekali beliau datang ke Jakarta dari tempat kelahirannya, Sukabumi. Masalah membaca pun beliau sangat kuat, saya melihat berapa buku yang sengaja beliau bawa ke hotel. Dan ketika ingin meninggalkan hotel, beliau masih sempat mengambil satu bundel koran berbahasa Inggris.

Akhirnya saya mengambil kesimpulan bahwa islam tak memandang usia dalam produkfitas amal, seorang Usamah bin Zaid yang masih belia bisa memimpin para sahabat. Begitu pula seorang Utsman yang dalam usia senior memimpin kekhilafahan. (ZoomAdhie)

Written by puijabar

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *