Wanita Dalam Islam
Oleh: Syamsudin Kadir Wakil Sekretaris Umum DPW PUI Jawa Barat WACANA kesetaraan gender akhir-akhir ini…
Pemilu boleh disebut perang ideology umat Islam dalam kanacah perpolitikan nasional maka umat Islam harus lebih cerdas dalam memilih caleg. Siapapun orangnya yang tentunya dia harus seorang muslim yang taat. Apapun partainya maka ia harus membawa dan memperjuangkan kepentingan umat didunia maupun di akherat.
Bukan lagi pendekatan kemanusian dan kepentingan sesat di dunia saja tetapi harus jauh ke depan (akherat) sehingga pendekatannya menggunakan aspek religius. Jangan lagi mempermasalahkan aspek demokrasi dengan mengadu domba antar umat Islam tetapi yang harus dikedepankan aspek religius atau aspek ideologi Islam.
Secara hitung-hitungan politik mungkin kriteria caleg jadi, dia punya visi misi jelas,dan mungkin uang dan popularitas. Namun dalam era modern dan keterbukaan sekarang ini misalnya dalam menghadapi komunitas ASEAN maka yang akan bertahan atau mampu memenangkan persaingan adalah orang –orang yang punya akhlakul kharimah yang diikuti kemampuan manejerial,ilmu baik ilmu agama maupun pemerintahan yang mumpuni.
Kemampuan yang komprehensif demikian diperlukan untuk mampu menjawab dan menghadapi tantangan jaman. Caleg tidak bisa hanya mengandalkan kelebihan secara parsial misalnya caleg sudah berakhlakul kharimah namun tidak mempunyai skill ,kapabilitas dan kompetensi dalam suatu bidang maka ia akan sulit bersaing. Begitupun sebaliknya caleg yang mempunyai kemampuan manajerial,skil yang bagus namun tidak berakhlakul kharimah maka sebaiknya dihindari umat Islam.
Himbaun dalam momentum pemilu 2014 umat Islam umumnya dan khususnya warga PUI untuk tidak golput. Manfaatkan kesempatan yang ada yang dijamin undang-undang atau sah secara konstitusional dengan mengambil posisi strategi agar kepentingan umat Islam dapat diperjuangan.Pilih caleg terbaik diantara yang baik .
Mencari yang ideal dan sempurna memang sulit namun gunanakan saja parameter kepemimpinan ala Rasulullah yakni shidiq,fathonah,amanah dan tabligh serta minta petunjuk dari Allah SWT dalam doa dan istikhorah ,insya Allah kita akan mendapatkan wakil yang amanah.
Kecelakaan bagi yang tidak memilih baik untuk dirinya maupun kepentingan umat.Karena ia tidak peduli dengan nasib bangsa terutama kepentingan umat Islam yang sebenarnya bisa berperan lebih maksimal dan optimal karena ia tidak memilih hanya karena alasan malas,pesimis atau hanya ikut-ikutan orang lain maka kesempatan tersebut akan diambil olah orang lain.
Dengan demikian, ia tidak berhak menyalahkan orang lain jika mendapati keadaan yang lebih buruk lagi,siapa yang akan disalahkan jika ia sendiri tidak mau ambil peranan. Harus disadari memang demikian mekanisme dalam pemerintahan kita dimana masih menggunakan pemilu sebagai sarana untuk menjaring aspirasi rakyat. Maka orang yang tidak mau memilih (golput) akan mendapat kerugian:
Untuk sikap kesatria adalah jangan menyalah orang lain jika kondisi bangsa dan Negara Indonesia masih demikian.Mengapa ia tidak berpartisipasi dalam pemilu,mengapa jika ia mempunyai kemampuan dan konsep yang lebih baik tidak mau tampil.
Maka jika tidak mau memilih dan ia sendiri mempunyai syarat untuk menjadi pemimpin harusnya ia mencalonkan diri dari partai manapun dan dari daerah manapun. Atau tampilah didepan atau minimal mau,bersedia untuk dicalonkan,ini baru sikap seorang satria. Bukan sebaliknya tidak mau memilih,tidak mau dipilih dan malah menyalahkan orang lain atau keadaan sementara ia sendiri tidak berbuat apa-apa,ini sikap pengecut atau pecundang saja.
Pada akhirnya kan semua sama baik yang memilih atau tidak memilih (golput) akan berada dalam satu kebijakan dan system tidak bisa membedakan. Oleh karena itu hemat kita pemilu adalah satu proses perubahan untuk memperbaiki keadaan maka dari itu golput tidak akan menyelesaikan masalah dan tidak akan merubah keadaan yang lebih baik lagi. Selama aturan atau undang-undang tidak berubah system dan proses peralihan kepemimpinan juga tidak berubah. Maka dari itu sekali lagi jangan salahkan orang lain tapi salahkan diri sendiri.
Sikap golput bisa jadi lahir dari sikap pesimis melihat keadaan yang sama saja atau tidak ada perubahan yang berarti sehingga memunculkan sikap kecewa. Kecewa boleh tapi tidak boleh pesimis,umat Islam harus senantiasa bersikap optimis dan tidak berputus asa atau tidak putus harapan. Umat Islam harus berkeyakinan bahwa masih ada harapan hari esok harus lebih baik dari ini.
Kondisi saat ini harus lebih baik lagi di masa depan,perubahan itu untuk menuju keadaan yang lebih baik. Sikap optimis ini harus dimiliki umat Islam dan jangan berputus asa dalam menggapai rahmat Allah. Jika kecewa dengan pilihan masa lalu maka untuk sekarang jangan diilih lagi,jangan mengulangi kesalahan yang sama.
Saat ini ada ribuan caleg maka cerdas dan cermat dalam memilih cari tahu profilnya jika tidak tahu maka bisa bertanya pada orang lain atau jika perlu lakukan diskusi atau audiensi dengan caleg.
Insya Allah yang akan ditanya oleh Allah adalah sejauh mana ikhtiar kita bukan terletak pada keberhasilan. Yang akan dinilai itu prosesnya maka keberhasilan atau kesuksesan itu Allah yang mentukan. Wakil-wakil rakyat bahkan presiden itu sendiri sebenarnya sudah ada di lauhil mahfudz, sudah tersurat maka yang diperlukan ikhtiar kita.
Bagi jamaah dan kader PUI dan umumnya umat Islam tetap dihimbau untuk menggunakan hak pilihnya dan jangan golput. Pilih caleg sesuai dengan kriteria diatas, sesuai dengan hati nurani apapun partainya namun perhatikan dan cermati calegnya.
Lakukan memilih dengan cerdas dengan penuh tanggung jawab,niatkan untuk perubahan yang lebih baik dalam rangka memperjuangkan kepentingan umat Islam sehingga insya Allah akan bernilai ibadah. Jangan memilih karena uang,popularitas apalagi yang hanya pandai berbicara.Pilihan kita harus berorientasi keakheratan membawa kita kesejahteraan dan kebahagian di dunia hingga akherat. [iman/majalah intisabi no. 10]
— Drs.H.Iding Bahruddin,M.Pd, Ketua Umum PW PUI Jawa Barat